Studi ilmiah baru yang dilakukan oleh para peneliti dari Amerika Serikat
dan Belanda, juga menunjukkan bahwa berdoa dapat membantu meredakan kemarahan,
menurunkan sifat agresivitas dan mengurangi dampak dari bentuk gejala provokasi.
Brad Bushman, seorang profesor komunikasi dan psikologi dari Ohio
State University dan juga penulis penelitian mengungkapkan bahwa orang
sering beralih ke doa ketika ia merasakan emosi negatif dominan, termasuk rasa marah.
“Kami menemukan bahwa doa bisa membantu seseorang mengatasi
kemarahannya, kemungkinan dengan membantunya mengubah cara pandang dalam
melihat suatu peristiwa yang membuatnya emosional,” ujar Bushman,
seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (25/3/2011).
Dalam penelitian yang hasilnya dipublikasikan secara online di
Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa berdoa dapat
membantu seseorang mengontrol kemarahannya, terlepas dari apapun agama
dan tingkat keimanannya.
“Dampak yang kami temukan dalam percobaan ini cukup besar, hasilnya
menunjukkan doa benar-benar bisa menjadi cara yang efektif untuk
menenangkan kemarahan dan agresi,” ujar Bushman.
Ketika seseorang menghadapi kemarahannya mungkin bisa lebih flashback
mempertimbangkan nasihat lama untuk berdoa dibandingkan lebih fokus berlarut-larut memikirkan sesuatu hal yang mengganggu hati dan pikirannya. Hal ini akan sangat bermanfaat membantu seseorang dalam mengatasi emosi negatifnya.
Saat berdoa biasanya orang akan menjadi lebih tenang dan dapat bernapas stabil normal secara teratur, dan kondisi perasaan lebih tenang. Dan kondisi ini bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks
sehingga bisa mengendalikan kondisi gejolak amarahnya yang sangat mendominasi.
Ketika kemarahan muncul, maka otot-otot menjadi tegang dan otak
melepaskan zat kimia yang dapat menyebabkan ledakan energi. Kondisi ini
memicu jantung untuk berdetak lebih cepat, meningkatkan tekanan darah,
napas menjadi lebih cepat, aliran darah meningkat ke lengan, kaki dan
wajah yang membuatnya menjadi memerah.
Pada beberapa orang tertentu kemarahan yang muncul seringkali
diikuti dengan rasa sakit kepala baik tension headache (sakit kepala
seperti ada yang mengikat kepala dengan keras/ketat) atau, reaksi gejala migrain (hanya
terjadi di satu bagian kepala saja) yang disebabkan oleh perubahan
fisiologis yang terjadi di dalam tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar