Kamis, 01 Desember 2011

Pulau Atlantis Antara Sejarah dan Mitos

Banyak yang percaya bahwa dahulu kala ada kerajaan maritim yang luas yang terletak di salah satu samudera terluas di dunia. Pengaruhnya demikian besar, sehingga sisa kebudayaan dan warisannya bisa ditemukan diseluruh dunia hingga saat ini. Tafsiran arkeologis menyebutkan bahwa kerajaan maritim yang disebut Atlantis itu terletak di laut Mediterania Barat, ada pula yang berbeda pendapat dengan menyebut pusatnya di Costa Rika dan Antartika. Namun bagi orang yang skpetic, atlantis hanya ada di pikiran penulis dan pemikir kreatif, menurut mereka kerajaan itu hanyalah imajinasi belaka.

Apakah Atlantis hanyalah sebuah Mitos? ataukah seperti kota kuno Troy yang saat ini telah ditemukan setelah berabad-abad hanya dianggap sebagai Kerajaan khayalan dari Filsuf Hommer?
Mengenai atlantis , Namun, yang membuat saya ingin kembali mengangkat topik atlantis dikarenakan ada seorang pria yang yakin mempunyai jawaban akan segala hal yang masih menjadi teka-teki mengenai kebudayaan besar masa silam ini, dan ia yakin mengetahui dimana letak sebenarnya dari wilayah kerajaan tersebut.

Atlantis merupakan kota hilang yang paling terkenal dan paling dicari sepanjang sejarah. Kepopulerannya bahkan melebihi kota-kota hilang yang lainnya seperti Sodom dan Gomora yang juga sampai saat ini masih dicari sisa-sisa reruntuhannya.

Tak dipungkiri lagi, selama 3 millenium manusia terpesona terhadap cerita Atlantis. Pada abad 4 SM, Filsuf Yunani Plato yang dianggap pemikir paling hebat pada masanya, menulis sejarah benua hilang yang legendaris ini. Namun sayang, asal-usul pasti legenda Atlantis boleh dikatakan tidak jelas. Menurut suatu kisah, cerita mengenai Atlantis diceritakan ke Plato oleh Sokrates dan seorang penyair bernama Solon yang mendengar tentang budaya hilang itu dari seorang pendeta Mesir.

Di dalam Timeus dan Critias, Plato menuliskan kedua dialog yang ia curahkan tentang Atlantis dengan gambaran yang detil dan komprehensif. Kata-katanya yang fasih berfungsi sebagai peta yang digunakan sebagai petunjuk oleh para penjelajah tangguh yang bertekad mencari sisa-sisa kerajaan ini. Berikut cuplikan terjemahan catatan Plato mengenai Atlantis dalam Timeus dan Critias:



PLATO adalah orang yang dianggap paling bertanggung jawab melontarkan teka-teki Atlantis. Plato dengan gamblang memberikan petunjuk apa itu dan bagaimana itu Atlantis.

Namun, marka-marka yang ditulis Plato tetap memberikan multiinterpretasi dan tanda tanya mendalam mengenai di mana sebenarnya Atlantis. Atlantis merupakan pulau legendaris yang pertama kali disebut Plato dalam buku Timaeus dan Critias yang ditulis pada 360 SM. Pada buku Timaeus, Plato bercerita, di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar; dari sana orang bisa pergi ke pulau lain. Di depan pulau-pulau itu seluruhnya adalah daratan yang dikelilingi lautan samudra. Itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena.

Di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir. Tidak sampai sehari semalam, pulau tenggelam sama sekali di dasar laut. Negara besar yang melampaui peradaban tinggi itu pun lenyap dalam semalam. Kemudian, Critias menyebut perihal kisah yang diduga sebagai sejarah yang akan memberikan contoh sempurna dan diikuti deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili “komunitas sempurna” dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna antitesis yang dideskripsikan dalam Republik. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena Kuno dan Atlantis berhaluan pada kunjungan penyair Athena, Solon, ke Mesir pada abad keenam SM.

"Pulau Atlantis ada di laut. Berhadapan dengan pilar Herkules. Dan wilayahnya lebih besar dari Libya dan Asia yang disatukan. Di tengah bagian terpanjangnya, disebelah laut ada daratan persegi panjang luas. Dikelilingi oleh pegunungan, dan lebih tinggi dari permukaan laut. Mengandung gunung berapi, dan sering terkena gempa dan banjir. Gunungnya menganung emas, perak, tembaga, dan timah. Dan gabungan alami dari emas dan tembaga yang disebut orichalcum.

Daratan itu memiliki sistem kanal yang besar dan kecil, juga mata air dingin dan panas alami. Tanahnya subur dan hasil panennya melimpah. Di dataran itu ada ibukota yang dikelilingi oleh bidang konsentris. Kota itu diliputi tembok batu merah, putih, dan hitam."

Dari cuplikan catatan Plato mengenai Atlantis diatas, digambarkan bahwa kerajaan besar itu sebagai sebuah pulau yang besar, terletak diluar Selat Gibraltar yang disebut orang Yunani sebagai Pilar Herkules. Sebuah pulau yang lebih besar dari Libya dan Asia bila disatukan. Pada abad 4 SM masih belum diketahui bagaimana tatanan dunia. Karenanya sulit bagi kita untuk mengerti dengan pasti apa yang dimaksudkan Plato dengan Asia dan Libya bila disatukan. Sekarang, bisa dikatakan Libya yang dimaksud mungkin sama dengan bagian Afrika Utara. Sedangkan Asia mungkin bisa diwakilkan dengan wilayah Turki dan Timur Tengah. Dari Sudut pandang Plato di Yunani, Atlantis terletak di laut Atlantik, akibatnya mayoritas pencarian benua hilang tersebut di fokuskan di dasar laut.



Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 km, kebanyakan terdiri atas pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, melingkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan, terbentang dalam satu arah 3.000 stadia (sekira 600 km), tetapi di tengah sekira 2.000 stadia (400 km). Bangsa Atlantis juga membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut dan di samping jembatan dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit.

Setiap jalan masuk ke kota dijaga dengan gerbang serta menara dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih, dan hitam yang berasal dari parit dan dilapisi kuningan, timah, dan orichalcum (perunggu atau kuningan). Bangsa Atlantis juga menaklukkan Libya sampai sejauh Mesir dan Benua Eropa sampai sejauh Tirenia dan menjadikan penduduknya sebagai budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki.

Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis dan hanya dalam satu hari satu malam, Pulau Atlantis tenggelam dan menghilang. Dapat disimpulkan dari catatan Plato bahwa ada 24 ciri geografis yang menggambarkan Atlantis. Di antaranya Atlantis terletak di suatu tempat yang tanahnya pernah ada atau sebagian masih ada, Atlantizs mempunyai morfologi yang jelas berupa selang-seling daratan dan perairan yang berbentuk cincin memusat, Atlantis harus berada di luar Pilar-pilar Hercules, Atlantis lebih besar dari Libya dan Anatolia serta Timur Tengah dan Sinai (gabungan), Atlantis pernah dihuni masyarakat maju dengan keterampilan dalam bidang metalurgi dan navigasi, dan Atlantis secara rutin dapat dicapai melalui laut dari Athena.

Kemudian, karakter Atlantis lainnya adalah pada waktu itu, Atlantis harus berada dalam situasi perang dengan Athena, Atlantis mengalami penderitaan dan kehancuran fisik parah yang tidak terperikan, Atlantis tenggelam seluruhnya atau sebagian di bawah air, waktu kehancuran adalah 9.000 tahun Mesir, sebelum abad keenam SM, dan bagian dari Atlantis berada sejauh 7,5 km dari kota, Atlantis memiliki kepadatan penduduk yang cukup untuk mendukung suatu pasukan besar (10.000 kereta perang, 1.200 kapal, 1.200.000 pasukan). Hebatnya, hanya Timaeus dan Critias yang menjadi catatan kuno tentang keberadaan Atlantis.


Jim Allen, ahli peta dan bekas penerjemah intelejen udara AU Inggris memiliki sebuah perspektif baru dalam memeriksa ulang tulisan Plato. Ia menemukan yang ia yakini sebagai inti geografis legenda Plato. Menurutnya, tak ada benua hilang yang terletak diantara sisi seberang laut Gibraltar, maka ia berpendapat mungkin wilayah Atlantis berada di Amerika Selatan. Dengan menggabungkan citra satelit dengan pengetahuan praktis ilmu ukur kuno, Allen yakin ia berhasil membenarkan hampir semua gambaran Atlantis Plato. Ia yakin peradaban hilang tersebut kini telah muncul kedaratan, sangat berbeda dengan yang diyakini banyak orang bahwa reruntuhannya masih terkubur didasar laut.

Tidak ada catatan kuno lain mengenai Atlantis, jadi setiap catatan mengenai Atlantis lainnya mendasarkan diri pada catatan Plato. Atlantis pun terus menimbulkan kontroversi. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Sebagian lagi bahkan ada yang menganggap Atlantis hanya khayalan dan imajinasi Plato. Selanjutnya, catatan modern juga mulai menguak apa itu Atlantis. Pertama adalah novel Francis Bacon pada 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika.

Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan. Kemudian, novel Isaac Newton pada 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis. Selanjutnya, pada 1882, Ignatius L Donnelly memublikasikan Atlantis: The Antediluvian World. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.

Altiplano, begitulah yang ditunjuk Allen sebagai wilayah yang ia yakini sebagai Atlantis. Ada sesuatu yang sangat menarik dari wilayah Altiplano yang berhasil diamati oleh Allen dengan foto Satelit yang ia dapatkan, yaitu apa yang tampak sebagai sisa-sisa kanal luas. Kanal luas gambaran Allen membagi dua daratan Altiplano dalam gambar satelit. Pada titik terlebarnya, hampir 600 kaki dari 1 sisi ke sisi lainnya, hampir persis dengan gambaran Plato.

Plato mengatakan Atlantis sebagai sebuah benua, dalam arti benua disamping lautan (lihat image disamping yang ditandai anak panah). Ada dataran persegi panjang, letaknya diatas permukaan laut. Altiplano merupakan sebuah wilayah luas di Amerika Selatan dan langsung berbatasan dengan Laut Pasifik. Wilayah ini memiliki lebar lebih dari 102 mil dan panjangnya hampir 300 mil, ini menjadikan Altiplano sebagai dataran persegi panjang terbesar di dunia. Sangat cocok dengan penggambaran Atlantis Plato.

Kembali ke Timeus dan Critias, Plato mencatat ukuran dataran Atlantis dalam stade. Stade merupakan satuan pengukuran yang sering digunakan oleh ahli matematika Yunani. 1 stade sama dengan 600 kaki. Namun di Amerika Selatan, satu stade hanya 300 kaki, setengah dari satu stade dalam pengukuran Yunani Kuno.

Setelah ukuran dataran Plato dikonversi didapatkan ukuran 113 x 171 mil. Satu-satunya daerah di Benua Amerika yang dapat memuat dataran sebesar ini adalah Altiplano. Ya, Altiplano memiliki hampir semua kriteria yang digambarkan Plato mengenai Atlantis. Suatu wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan yang mengandung emas, perak, tembaga, dan timah. Seluruh daerahnya terletak di patahan yang sering mengakibatkan gempa bumi. Altiplano memiliki gambaran yang sempurna mengenai legenda Atlantis.







Bekas-bekas Kanal di Wilayah Altiplano


Tetapi beberapa ahli tidak setuju dengan Jim Allen dalam keyakinan bahwa Atlantis berada di Amerika Selatan. Mark Aldenderfer, Profesor Antropology dari UC Santa Barbara mengatakan bahwa Altiplano adalah lingkungan yang keras selama 10-15 juta tahun terakhir. Tidak ada hubungan apapun tentang populasi pertanian yang maju seperti yang digambarkan Plato untuk keberadaan Atlantis di wilayah Altiplano.
Daerah Altiplano Bolivia sampai saat ini adalah daerah yang kaya akan mineral. Logam campuran yang disebut sebagai orichalcum yang digambarkan sendiri oleh Plato di bukunya juga dapat ditemukan disini. Dalam dialognya tentang Atlantis, Plato menulis bahwa nilai Orichalcum hanya setingkat dibawah emas. Orichalcum sangat membangkitkan minat karena hanya ditemukan di Altiplano, Andes.

Lalu nama Atlantis itu sendiri yang semakin memperdalam misteri. Plato memberi nama pulau mitologinya sebagai Atlantis mungkin karena dihubungkan dengan raksasa Atlas yang menopang langit. Tapi ada juga teori lain yang menguatkan pendapat Allen. Kata "Atl" berasal dari bahasa Aztec yang berarti air, sedangkan "Antis" memiliki arti tembaga dalam bahasa Inca. Semua kata yang menyusunnya terdiri dari 2 kata dari bahasa dua peradaban kuno terbesar di Amerika Latin selain peradaban Maya kuno, yaitu peradaban Aztec dan Inca. Saat ini, Allen memfokuskan hanya untuk menemukan ibukota Atlantis. Pencariannya membawanya ke Pampa Aullagas, gunung berapi yang tidak aktif yang dikelilingi lautan pasir dan bebatuan. Allen yakin bahwa di sini ibukota Atlantis berada sebelum tenggelam kedalam lautan luas. Lautan yang kini telah surut dan menjadi anak sungai sempit dan kumpulan air yang lebih kecil. Kini, daerah ini hanya meninggalkan sisa-sisa dasar laut yang kering dan gersang.






Pampa Aullagas, Altiplano, Bolivia


Sistem Posisi Global Genggam (GPS) yang dibawa Allen, bekerjasama dengan 12 satelit orbit. Melalui proses triangulasi, sistem itu memberikan info dalam bujur dan lintang di lokasi manapun di seluruh dunia. Ini memungkinkan Allen untuk menentukan posisi pasti pusat ibukota Atlantis di Altiplano. Menurut Plato, kota itu dikelilingi oleh dinding yang mengitari sehingga berbentuk lingkaran penuh dengan jarak 50 stade dari cincin kota. Dan Allen menemukan reruntuhan dinding di tempat itu. Reruntuhan dinding dengan lebar sekitar 1200 kaki yang sangat cukup untuk menopang semua bangunan seperti yang digambarkan Plato. 

Cincin konsentris juga memungkinkan penduduk untuk mereklamasi daratan dari dasar danau dan menciptakan bentuk suatu pulau. Allen mengecek ulang info GPS dengan Peta Navigasi Taktis Altiplano. Dengan merubah stade menjadi meter, ia menentukan posisi secara manual. Angkanya cocok dan bagi Allen, tampaknya dinding itu ada di tempat seharusnya. Walau ia telah temukan daerah yang sangat mirip dengan kerajaan Plato, beberapa pakar menganggap kesimpulannya terlalu dini. Tanpa menghiraukan lawannya, Allen merasa daerah Altiplano penuh bukti yang ditulis Plato tentang dataran tinggi ini.
Selama akhir abad ke-19, ide mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita “benua hilang” lainnya seperti Mu dan Lemuria. Parahnya, pemikiran Atlantis juga menarik perhatian Nazi. Pada 1938, Heinrich Himmler mengorganisasi pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against The Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super.
By : variety of sources