Jurus paradigma baru menjual yang dilontarkan oleh S. Budisuharto melalui artikel tersebut sangat menjanjikan bagi penjual dalam mendapatkan peluang pasar. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan munculnya ancaman baru yang tentu saja harus dikaji lebih mendalam. Dapat diprediksi bahwa, keberhasilan pemasaran bergantung pada kemampuan manajemen dalam menganalisis dan memanfaatkan berbagai variabel yang dimilikinya serta merancang secara strategis program-program pemasaran dalam kerangka lingkungan yang dihadapi perusahaan dan kemudian menjalankan rencana tersebut.
Perlunya pandangan baru melihat bahwa senjata yang paling dahsyat dalam strategi pemasaran salah satunya adalah melalui komunikasi pemasaran (marketing communication) untuk memperkuat brand image dengan target audience yang luas, sehingga dalam waktu yang relatif singkat, penyampaian pesan tentang brand akan lebih cepat sampai.
Namun demikian, tidak sedikit penggiat usaha yang belum menyadari bahwa membangun brand image dengan komunikasi pemasaran tidak hanya sebatas melalui iklan dan promosi saja. Ada banyak kegiatan lain yang juga berdampak besar, contohnya adalah sebagai berikut:
1. Disain kemasan, termasuk isi tulisan/pesan yang disampaikan
2. Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu kegiatan-kegiatan sosial untuk komunitas yang dilakukan oleh perusahaan
3. Customer Services, bagaimana perusahaan menangani keluhan, masukan dari konsumen setelah terjadi transaksi
4. Bagaimana karyawan yang bekerja di lini depan/front liners (apakah itu bagian penjualan, kasir, resepsionis, dll) yang bersikap dalam menghadapi pelanggan,
5. dll
Jenis tipe komunikasi dalam daftar di atas adalah kegiatan-kegiatan yang baik buruknya tergantung dari keinginan perusahaan yang kesemuanya dapat dikontrol/dikendalikan. Komplikasi justru akan muncul dari kegiatan-kegiatan komunikasi seputar brand oleh pihak lain yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan, misalnya komunikasi oleh konsumen langsung. Mereka bisa menyebarkan pada network-nya berita kurang menyenangkan yang mereka alami pada saat berinteraksi dengan brand (yang diwakili oleh banyak hal, termasuk front liners di perusahaan). Word-of-mouth communication adalah salah satu jenis komunikasi yang sangat efektif, dan berbahaya apabila itu menyangkut publisitas buruk.
Komplikasinya ditambah dengan keberadaan Internet dengan kecepatan penyebaran beritanya yang bahkan bisa berlipat-lipat. Siapa saja (termasuk pesaing) bisa menuliskan pengalaman berinteraksi dengan brand dari sudut perspektif mana saja (seperti pemberitaan buruk mengenai kepuasan produk, harga atau kegagalan distribusi), tanpa bisa diatur-atur seperti halnya berhubungan dengan media tradisional.
Jadi, pada dasarnya perusahaan perlu memperhatikan semua elemen komunikasi dalam bentuk apapun yang menghubungkan konsumen dengan brand perusahaan. Meminimalkan kemungkinan terjadinya ketidakpuasan konsumen, dapat mempertahankan pemberitaan baik seputar brand.
Labels: Manajemen Pemasaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar